Kelahiran Setan / Terciptanya Setan
Kapankah
Setan "tercipta"? dan dari manakah makhluk supranatural itu berasal?
merupakan pertanyaan manusia di segala zaman. Pertanyaan ini muncul
karena pengalaman manusia bersama kekuatan kosmis ini belum dapat
terjawab secara tuntas. Dalam segala zaman manusia berusaha menjawabnya.
Dalam paham Kristiani dan tradisi Yudaisme, kelahiran Setan dikaitkan
dengan asal-usul para malaikat yang tidak setia pada Allah. Dalam
konteks hidup para malaikat itulah persoalan mengenai "kelahiran" Setan
dapat dipahami.
Terhadap pertanyaan "Siapa yang menciptakan Setan?". Ada yang
berpendapat, karena Allah adalah Sang Pencipta, maka Dia menciptakan.
Selanjutnya, saya akan berikan pertanyaan lain yang nadanya tidak jauh berbeda dengan pertanyaan diatas. Yaitu "Dari manakah asal dosa?"
Jawaban ini setidak-tidaknya dapat dihubungkan dengan pertanyaan di bawah ini.
[1] Dari Allah
[2] Dari Iblis
[3] Dari manusia
Pemberontakan kepada Allah adalah dosa. Kejatuhan iblis dan kejatuhan
menusia dimulai dari keinginan menjadi seperti Allah (lihat Kejadian
3:5). Dan "dosa" ini bukan merupakan partikel yang "diciptakan",
melainkan sesuatu yang timbul akibat pemberontakan dan free-will dengan
makhluk yang diciptakan.
Setiap
agama dan kepercayaan (termasuk ateisme!) mempunyai jawabannya
tersendiri terhadap masalah kejahatan. Kita ambil tiga golongan mayor, ateisme , pantheisme, dan theisme. Atheisme mengakui adanya kejahatan tapi menolak adanya Tuhan. Pantheisme mengakui adanya Tuhan tapi menolak adanya kejahatan. Sedangkan Theisme
mengakui keduanya, adanya Tuhan dan kejahatan. isinilah munculnya
problem bagi para theists, bagaimana mungkin adanya suatu mahkluk yang
sepenuhnya baik dan menciptakan segala sesuatu bisa compatible dengan
kejahatan?
Apa jawaban Anda saat seseorang bertanya kepada Anda mengenai siapa yang
melahirkan perampok, penjahat, pembunuh dan yang sejenisnya? Apa
jawaban spontan yang Anda berikan? Bila Anda menjawab "Ibu!", apa
sebenarnya yang dilahirkan oleh seorang ibu? Bayi atau penjahat? Dalam
konteks inilah seorang ibu sering dipersalahkan dan sering menjadi
kambing hitam dari kelakuan anaknya. Padahal, ibu pertama kali
melahirkan seorang bayi mungil yang bersih hatinya dan membuat banyak
pihak merasa gembira. Tidak ada seorang ibu pun yang berharap anaknya
akan menjadi perampok atau pembunuh. Bayi, suka cita, harapan akan
kebaikan menjadi suasana awali yang memungkinkan seorang wanita menjadi
"ibu", sedangkan perampok, pembunuh dan sejenisnya terbentuk dalam
tanggung jawab orang yang bersangkutan dan terbangun dalam suasana
kejahatan yang mengitarinya.
Dalam
sejarah penciptaan, Allah pun membuat segalanya baik adanya dan "Allah
melihat bahwa semuanya itu baik" (Kejadian 1: 10,12,18,2 1,25). Begitu
pula Allah menciptakan malaikat-malaikat-Nya baik adanya. Jumlah mereka
amat banyak, seperti disebut "seribu kali seribu melayani Dia dan
selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya" (Daniel 7: 10).
Dalam diri malaikat ada hakikat surgawi yang memungkinkan mereka mampu
hidup dalam kesatuan dengan Allah. Para malaikat itu sungguh-sungguh
diciptakan tanpa dosa walaupun tidak berarti tidak bercela.
Kejatuhan Malaikat
Sekalipun
malaikat digambarkan sebagai mahluk suci yang penuh keindahan dan
menjadi pelayan Allah yang setia, Alkitab juga bercerita mengenai
kejatuhan malaekat terutama kejatuhan malaikat menjadi Iblis. Rasul
Petrus menyebutkan bahwa Tuhan murka atas malaekat yang jatuh (2
Petrus2:4). Dalam Yudas 1:6 juga diceritakan mengenai malaikat-malaikat
yang meninggalkan surga dan jatuh ke dalam kegelapan.
* 1 Petrus 2:4
Sebab jikalau Allah tidak
menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan
mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam
gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;
* Yudas 1:6
Dan bahwa Ia menahan
malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka,
tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi
di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,
Alkitab
berbicara tentang malaikat yang baik dan yang jahat, sekalipun
ditekankan bahwa pada mulanya semua malaikat diciptakan baik dan kudus.
Karena mereka diciptakan dengan memiliki kebebasan untuk memilih, banyak
malaikat ikut dalam pemberontakan Iblis dan meninggalkan kedudukan
mereka semula selaku hamba-hamba Allah, sehingga dengan demikian
kehilangan peranan surgawi mereka. Pastilah, setan-setan dalam
Perjanjian Baru adalah para malaikat yang terjatuh ini.
Alkitab
berbicara tentang rombongan malaikat baik yang sangat banyak, sekalipun
hanya nama dua "nama" malaikat yang lazim dikenal: Mikhael dan Gabriel.
Rupanya malaikat terbagi menurut tingkat yang berbeda: Mikhael disebut
penghulu malaikat (maksudnya: "malaikat yang memimpin") ; kemudian ada
serafim, kerub, para malaikat dengan wibawa dan kuasa, dan sejumlah
besar malaikat yang merupakan roh-roh yang melayani. Sebagai
makhluk-makhluk rohani, malaikat yang baik memuliakan Allah,
melaksanakan kehendak-Nya, melihat wajah-Nya, takluk kepada Kristus,
lebih unggul daripada manusia, dan tinggal di surga. Para malaikat
melaksanakan banyak kegiatan di bumi atas perintah Allah. Mereka
memainkan peranan khusus dalam menyatakan hukum Allah kepada Musa. Tugas
mereka terutama berkaitan dengan peranan mereka dalam misi Kristus
untuk menyelamatkan manusia. Mereka bersukacita apabila satu orang
berdosa bertobat, melayani kepentingan umat Allah, mengamati kehidupan
jemaat Kristen, membawa berita dari Allah, mengantarkan jawaban atas
doa, kadang-kadang membantu penafsiran mimpi dan penglihatan yang
bersifat nubuat, memberikan kekuatan kepada umat Allah di tengah-tengah
pencobaan, melindungi orang kudus yang takut akan Allah dan membenci
kejahatan, menghukum orang yang menjadi musuh Allah, berperang melawan
kuasa setan-setan, dan membawa orang yang selamat ke surga. Apa yang
dikerjakan oleh malaikat-malaikat yang baik ini berlawanan dengan
malaikat yang jatuh (Iblis)
Mengenai
saat kejatuhan malaikat, Alkitab tidak memberi petunjuk, mungkin
terjadi antara ayat Kejadian 1:1-2, namun tidak jelas dikatakan. Yang
jelas, Iblis sudah digambarkan keberadaannya dalam Kejadian pasal 3
ketika ia mulai mencobai Adam dan Hawa. Ada tafsir yang menyebutkan
bahwa kejatuhannya digambarkan sebagai kejatuhan raja Tirus dalam
Yehezkiel 28:12-19 (bandingkan dengan "Heilel ben Shakar" Bintang Timur
Putra Fajar dalam Yesaya14:12-14). Setan semula berada dalam kebenaran
lalu jatuh (Yohanes 8:44). Kejatuhannya (Lukas10:18 ) kelihatannya
bersamaan dengan kajatuhan malaekat (2 Petrus 2:4; Yudas 1:6).
Penyebab kejatuhan Iblis terutama adalah kesombongan (1 Timotius 3:6;
Yehezkiel 28:15,17), kesombongan untuk naik tahta bersama
malaekat-malaekat yang jatuh (Matius 25:41), dari kedudukannya semula
sebagai malaekat terang (2 Korintus11:14).
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar